Nikmati Prosesnya

Teruntuk kawanku yang barangkali masih belum dipertemukan dengan yang ingin menemukan.

Boleh jika kamu sedih, galau sesekali. Tak ada yang salah dengan itu, manusiawi. Yang salah adalah bersedih dan bergalau berketerusan. Setelah berkali-kali menjadikan ini sebagai bahasan baik terselubung dan tidak, kali ini ku ingin membahasnya dari sudut berbeda. Melihat dan mendengar kisah orang lain pun ma inok manuangkan apa yang diri alami.

Penantian dalam proses dipertemukan dan menemukan ini berkaitan dengan proses mendidik. Percaya tidak percaya, cobalah lihat lebih dalam dan inok manuangkan apa-apa yang terjadi selama masa ini. Entah sebelumnya dipertemukan dengan beberapa orang dan gagal atau putus di tengah jalan. Entah itu menyukai seseorang dari jauh dan bersitungkin menyebut namanya dalam doa-doa rahasia, kemudian ia berjodoh dengan orang lain. Percayalah, segala sesuatu yang telah terjadi, yang terjadi dan yang akan terjadi telah ada ketentuannya. Tidak ada yang terjadi tanpa sepengetahuan dan tanpa sepersetujuannNya. Maka dari itu, percaya dan yakin bahwa segala yang terjadi adalah ketetapanNya akan jauh berdampak pada lapangnya hatimu dibandingkan terus menerus memikirkan dimana letak salahnya, dimana letak tak jodohnya, dimana letak ini dan itunya. Terlebih jika saling menyalahkan ketidakberjodohanmu dengan seseorang.

Tak main-main kalimat nikmati proses. Nikmati apa yang terjadi. Mengkalimatinya sangatlah mudah, praktiknya masing-masing kita yang nilai. Namun kembali, yakinilah bahwa Pemilikmu sedang mengarahkanmu ke hal yang baik. Tidak mungkin Dia menjahati, menghianati. Setiap sesuatunya ada pasangannya. Apalagi kita seorang manusia yang sudah dijanjikan itu olehNya. Sampai seorang guru bernasihat, “Setiap orang itu ada jodohnya. Jika tak di dunia, di akhirat kelak. Jika belum diciptakan, pasti Dia langsung yang ciptakan kelak. Jan cameh”.

Nikmati saja prosesnya. Sedih dan galau itu biasa. Hanya saja tak baik berketerusan. Pasti ada didikan-didikan lain yang didapat. Semisal, ternyata setelah berkali-kali gagal, kamu jauh lebih dewasa menghadapi suatu masalah. Kamu tidak mudah lagi terpancing memperturutkan emosi, mengambil keputusan dengan berpikir lebih matang. Itu adalah didikan juga yang barangkali tidak akan didapat jika tidak dengan jalan gagal berkali-kali. Bersitungkin menyebutkan namanya dalam doa dan ternyata ia berjodoh dengan orang lain, apa yang bisa dinikmati dari ini? Banyak jika didalami. Belajar untuk tidak menyukai seseorang terlalu dalam, sekedarnya saja. Belajar menjaga hati agar tidak terlalu longgar memberi ruang. Bagiku pribadi, aku tidak pernah menyebutkan nama seseorang agar dipertemukan denganku. Karena pertimbangan banyak hal, pun untuk menjaga sesuatu yang sangat ingin ku jaga sebaiknya. Jika menyukai seseorang yang dimana ini sangat wajar dalam pandanganku tidak mesti menyebut namanya dalam doa agar dipertemukan denganmu. Namun doakannlah kebaikan baginya, apapun. Menjagamu agar nanti tak kecewa, menjagamu agar tak terlalu dalam.

Mendengarkan lebih banyak, merasakan lebih peka, berpikir lebih matang, yakin pada suatu keyakinan lebih mantap itulah hasil didikan juga. Jangan pernah anggap remeh ini. Pemahaman, itu adalah sebuah rezeki tak ternilai. Hasil didikan itu tak terus dapat diukur dari fisik. Ya seperti work out, hasil didikannya bisa seperti pangkal lenganmu lebih padat, lingkar tubuh bagian bawahmu lebih kecil dari sebelumnya. Tidak mesti demikian. Pemahaman akan banyak hal, pendewasaan dalam banyak hal, latihan dalam banyak hal.

Akhirnya, dalam masa ini banyak hal yang bisa nikmati. Baik prosesnya, baik keluangannya. Entah didikanNya, entah kesempatan-kesempatan berbuat baik ke diri sendiri atau orang lain yang lebih lapang, entah pembentukan karakter dan lain. Terlalu luas, terlalu luas untuk ku tulis. Pasti banyak yang tercecer dari tulisan ini. Tapi lebih kurang intinya sudah ku sampaikan.

Jpeg

Teruntuk yang masih belum dipertemukan dengan yang ingin menemukan, tak perlu bersedih, tak perlu gusar, nikmati saja prosesnya. Dan ridhalah.

 

 

 

Bertanyalah Mengapa Aku Galau

Jpeg

Kebiasaan membebankan sesuatu pada pikiran sekaligus hati secara sadar kadangkala membuat imajinasi penyelesaian yang sangat melelahkan, membuat litak. Membayangkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dibayangkan. Ada yang tahu bahwa beban itu akan selesai saat diselesaikan, bukan dengan dipikirkan. Sederhana. Bagaimanapun, beban itu seharusnya diproses secara adil oleh pikiran dan hati. Kemungkinan besar, pernah agak sekali suatu beban teronggok cukup lama. Tak terselesaikan. Banyak hal barangkali yang membuatnya terabaikan atau malah bukan, namun karena acapkali dilihat, didengar, diresapi, diinok manuangkan. Galau, itu pada akhirnya. Menangis, marah, bingung, dan entah apa lagi yang terasa.

Suatu pagi radio dinyalakan, ada yang tersentak di dalam diri saat kata-kata galau disebut. Aku menyimak. “Galau adalah suatu bentuk teguran”. Apa? “Dia memberikanmu teguran berupa sebuah rasa ketidaknyamanan, rasa sakit yang kamu sebabkan karena menduakannya. Dia cemburu”. Aku tidak menduakannya! “Contoh yang paling sederhana adalah saat menyukai seseorang. Dia membayangimu kapan dan di manapun, hingga kamu terucap, ndeh galau! Kenyataannya seseorang itu tak pernah membayangimu, hanya saja bayangan itu diciptakan olehmu. Kamu menikmati sebuah rasa sakit, galau”. Bisa jadi, lalu dimana letak menduakannya?! “Memikirkan sesuatu, terlalu, bukankah sebuah langkah menempatkannya di hati? Bisa jadi tempat untuk memuat sesuatu itu tak tersadari sedemikian luasnya hingga bisa membuatmu galau berkepanjangan. Menempatkan sesuatu di hati dan mencintainya melebihi Dia yang sepatutnya cinta terbesarmu dan curahan pikiran terbanyakmu. Memang seringkali tidak tersadari atau hanya teringkari saat menduakannya, menjadikannya yang kesekian. Entah hanya sekejap, entah hanya sesaat, sejam, sehari, sebulan, seberapa lama yang diinginkan. Seberapa lama khilaf atau sengaja. Galau adalah sinyal ada yang salah dengan hati. Sekali lagi, galau adalah suatu bentuk teguran”. Tarikan napas panjang. “Pintalah padanya untuk membantu, pintalah padanya menunjukan cara untuk kembalinya ketenteraman hati”.